Balada Seorang Guru
Sebelum mengajar, setiap guru seyogyanya belajar dua kali lebih banyak dari siswanya. Termasuk menyiapkan materi, soal, dan media yang relevan dan kekinian.
Setelah mengajar di kelas, otomatis ada yang namanya mengoreksi pekerjaan siswa dan penginputan nilai (baik di buku nilai atau di aplikasi nilai sekolah) capeknya bukan cuma di badan, tapi juga pikiran. Belum lagi kalau murid-muridnya di kelas sangat agresif, bisa-bisa tenaga terkuras habis.
Kalau sedang beruntung, satu hari cuma dapat satu kelas. Itupun masih harus ikut berpartisipasi mengurus keperluan kegiatan sekolah (bikin proposal, laporan, dan lain-lain) Kalau ada anak yang bermasalah, misalnya nilai belum tuntas, remedial juga nggak tuntas-tuntas, di kelas cuma pasif, tentu mesti cari-cari waktu luang untuk remedial intensif.
Masalah perangkat maunya sih yang murah mudah saja. Paperless. Secara sekarang teknologi sudah canggih. Bisa disimpan di flashdis, hardis, bahkan di google drive, gratis.
Sayangnya, yang namanya guru tetap harus punya arsip.
File di dalam komputer yang tidak kentara itu kadang tidak diakui, jadi tetap harus punya salinannya. Dalam bentuk Fisik. Kalau sudah begini, ingat bersyukur karena cuma mengajar di dua grade.
Lalu kalau sudah musim ujian, sibuk buat kisi-kisi soal, input soal, mengoreksi, menjumlah nilai, lalu input nilai. Analisis hasil belajar dan analisis butir soal. Lihat hasilnya, bingung sendiri. Beruntung yang cuma mengajar di empat rombel. Kesian yang sampai 12 rombel. Apalagi kalau dua belas rombel itu terdiri dari enam grade. Wkwkwk. Tamat.
---
Tulisan ini dibuat karena penulis baru saja selesai merevisi perangkat administrasi. Kebanyakan minum kopi.
Jadi, sementara kepala sudah kunang-kunang. Mata masih terang.
Besok ada kelas pagi. Mau tidur jam segini... zzZ
Kalo musim rapor lembur ya mba :) pengalaman saya sih gitu hehe
ReplyDeleteBetul sekali Bu.. Kadang kalau sedang ingin cepat pulang, pekerjaan dibawa pulang ke rumah hehehe
Delete