Sunday, March 26, 2017

#MemesonaItu? Berani Mengambil Risiko di Atas Kebenaran

#MemesonaItu? Berani Mengambil Risiko di Atas Kebenaran – #MemesonaItu memilih guru sebagai pekerjaan dan berani mengambil risiko, demi sebuah tujuan.
#MemesonaItu? Berani Mengambil Risiko di Atas Kebenaran
#MemesonaItu? Berani Mengambil Risiko di Atas Kebenaran
Saya paham betul, menjadi seorang guru tidak harus melakukan wall climbing, menyebrangi kali dengan arus kuat yang dipenuhi buaya, atau atraksi dengan alat-alat dapur seperti pisau di hadapan murid-murid, atau apapun yang berbahaya. Bahkan meskipun ada yang melakukannya saat ikut acara outbound, camp, dan lainnya di sekolah, itu hanya sebagai kegiatan tambahan saja, semacam program sekolah yang harus diikuti untuk mendapatkan penilaian plus di mata masyarakat. Lalu, kenapa saya mengatakan bahwa pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang memesona?

Yang pertama, #memesonaitu memilih pekerjaan sebagai guru meskipun berisiko tinggi tidak disukai murid. Kalau sejak awal pertemuan di dalam kelas, seorang guru pura-pura galak untuk menunjukkan wibawanya, saya yakin, haqqul yaqin, jarang ada siswa yang berani menegur kala bertemu guru yang bersangkutan di jalan, bahkan bisa jadi mereka mlipir supaya tidak perlu bertegur sapa. Belum lagi kalau guru tersebut di cap sebagai guru killer padahal—saya yakin—guru yang bersangkutan tidak pernah membunuh siapa pun.

Yang kedua, #memesonaitu memilih pekerjaan sebagai guru meskipun berisiko tinggi dijiplak habis-habisan oleh murid. Pastinya, murid-murid akan dengan cepat menduplikasi apa yang guru lakukan jika gurunya melakukan kesalahan, misalnya: makan dan minum sambil berdiri, terlambat ikut solat berjamaah di masjid, tidak masuk sekolah tanpa pemberitahuan, memperlakukan murid seperti teman, atau bahkan terlambat sepuluh menit masuk ke kelas saat jam pelajaran di mulai. Alasan mereka kalau ditegur atas kesalahan mereka sudah pasti, “Lha, Ibu/Bapak juga begitu.” Sementara segudang contoh baik yang guru berikan lebih banyak diabaikan begitu saja.

Yang ketiga, #memesonaitu memilih pekerjaan sebagai guru meskipun berisiko tinggi disalahkan atas kesalahan yang dilakukan oleh muridnya. Pernah dengar peribahasa, guru kencing berdiri, murid kencing berlari, dong? Tentu saja, kesalahan yang dilakukan murid sudah pasti karena contoh buruk guru-gurunya. Padahal mereka yang menyalahkan juga tidak (pernah) bertanya—dan mungkin juga tidak (pernah) instropeksi diri—kenapa kesalahan-kesalahan tersebut terjadi.

Nah, itu hanya sebagian kecil dari contoh dan alasan mengapa saya mengatakan bahwa #memesonaitu memilih pekerjaan sebagai guru sementara guru adalah sebuah pekerjaan yang riskan, berisiko tinggi. Belum lagi jika nanti ada orang tua yang komplain mengapa anaknya tidak bisa sepintar temannya yang juara nasional, atau jika ada orangtua yang marah jika anaknya diberikan hukuman karena melakukan ketidakdisiplinan, atau jika ada siswa yang tetiba nilainya merosot tajam karena ternyata terlalu banyak main game online di rumah, atau bahkan jika ada materi yang disampaikan guru, karena ketidaksengajaan, dipahami siswa dengan cara yang salah, hiii, ngeriii... risikonya bisa sampai dibawa mati.

Yang paling #memesonaitu mengetahui alasan mengapa seseorang rela memilih pekerjaan sebagai guru sementara banyak risiko yang harus dihadapi. Alasannya banyak sekali--setelah sempat saya tanya-tanya ke beberapa teman seprofesi. Saya pribadi merasa ada hal baik yang bisa menghapuskan semua ketakutan akan risiko tersebut sehingga membuat saya berani mengambil risiko untuk berkarir sebagai seorang guru. Yaitu sebuah kebenaran. Ya, #memesonaitu berani mengambil risiko di atas kebenaran.
#MemesonaItu Berani Mengambil Risiko di Atas Kebenaran
#MemesonaItu Berani Mengambil Risiko di Atas Kebenaran

Untuk tampil lebih #Memesona, selain dengan menyampaikan kebenaran ilmu yang dibelajarkan kepada siswa, seorang guru selayaknya mengajarkan sikap tanggung jawab, disiplin, dan kemandirian yang menjadi hak seorang siswa. Meskipun banyak siswa yang tidak patuh, tidak suka, atau banyak pihak-pihak lain yang protes ini dan itu tentang kinerja guru, saya yakin, semua guru bahagia saat berada di dalam kelas.Maka menjadi guru yang berusaha memberikan terbaik untuk menularkan kebenaran-kebenaran tentang kehidupan, tetap semangat, ceria, dan antusias (tidak peduli selelah apapun mereka menghadapi ratusan siswa dan tumpukan koreksian setiap harinya, yang kadang bahkan sulit terbaca tulisannya) demi sebuah tujuan mulia akan menjadikanmu seorang guru yang memesona.

#Memesonaitu berani mengambil risiko di atas kebenaran, seperti yang dilakukan oleh seorang guru untuk menegakkan sebuah kebenaran, jika kamu tak tahan lelahnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan (Imam Syafii).

6 comments:

  1. Cocok :) #memesonaitu sama seperti apa yang saya maksud :) mantap nih artikelnya

    ReplyDelete
  2. Replies
    1. Hihihi... *tosss*
      Terima kasih juga ya sudah berkunjung...

      Delete
  3. guru killer padahal ga pernah killing ya mbak. hehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, padahal gurunya cantik, baik, senyum-senyum mulu masih suka dibilang killer :D thanks Mba :)

      Delete

Komentar yang baik adalah komentar yang menggunakan bahasa yang baik pula :)